July
Selamat malam jagat raya
blogku.
Terus, pasca sidang
skripsi Mei lalu, aku punya hobi baru. Refresh email. HAHAHAHA. Soalnya
aku cukup sering berseliweran di situs-situs penyedia informasi loker. Yah
namanya juga alumni...Sampai akhirnya, aku dapat panggilan.
Ini juga salah satu hal
yang mau aku ceritakan sedikit di sini.
Menuju Magang
Aku mendaftar internship
di sebuah perusahaan startup yang kantornya terletak di kawasan
Sudirman, Jakarta Selatan. Setelah dapat pemberitahuan lolos tahap
administrasi, aku dikirimi beberapa soal sebagai tahapan tes tertulis.
Omong-omong, posisi yang aku lamar ini admin media sosial. Karena aku punya
pengalaman terkait ini, aku cukup pede untuk mengklaim diriku memang cukup
menguasai bidang ini. Gak awam-awam banget, paling enggak.
Aku ngerjain setiap soal
dengan seniat mungkin. Nongkrong di Cozyfield bermodalkan beli sepiring
kentang goreng supaya bisa duduk berlama-lama di sana dan ngetik dengan tenang,
riset kecil-kecilan dan berkutat dengan editing e-flyer di Canva selama
beberapa jam. Aku mengirim lembar jawabannya cuma setengah jam sebelum deadline.
Deg-degan.
Kurang dari satu jam, aku
dapat chat yang menyatakan aku diundang untuk menghadiri interview.
Senang? Iya. Singkat cerita, aku ke Jakarta.
Rasanya....wow aja, deh.
Diartikan norak juga boleh, tapi lebih ke excited sih karena ini
pengalaman pertama. Jangan hujat aku, guys.
Aku tiba di kawasan yang
membuat kepalaku harus selalu menengadah untuk melihat puncak gedung-gedung
pencakar langit yang berdiri gagah di sana. Masuk ke salah satu tower,
bertemu dengan tim startup, mendapati kesan pertama yang cukup
menyenangkan. Sempat ada ‘drama’ dulu selepas keluar gedung, karena satu dan
lain hal aku gak mendapatkan dukungan dari orang-orang terdekat. Padahal aku sangat
menginginkan posisi ini, karena perusahaannya juga bergerak di bidang literasi
dan merangkap penerbitan—dimana salah satu impianku adalah bekerja di bidang
tersebut. Ketika kesempatan ini ditawarkan tepat di depan mataku, jelas aku merasa
harganya ‘terlalu mahal’ untuk dilepas. Di sisi lain aku gak bisa ‘jalan’ tanpa
restu orang-orang terdekat. Ini cukup membuatku luntang-lantung minum capuccino
sendirian di salah satu kedai di pinggir jalan setelah keluar gedung dan nangis
sepanjang perjalanan pulang naik grabbike. Galau. Tapi akhirnya, aku tetap
magang di sini sih. Hahaha.
Selama Magang
Rasanya terlalu dini
untuk berbagi, mengingat aku juga baru tiga hari di tempat ini. Secara
keseluruhan, aku suka di sini. Kantornya menawarkan view gedung-gedung cantik
yang menjulang tinggi dan, di bawah sana, lalu lintas Sudirman yang tertata
rapi. Di atas meja-meja kantor, selalu ada buku. Bahkan di hari pertamaku
bekerja, sedang dilakukan siaran langsung proses wawancara antara media A
dengan narasumber yang ahli di bidang kepenulisan. Bener-bener ilmu gratis.
Orang-orang di kantorku
kurang lebih seumuran denganku. Walaupun belum terhitung lama, tapi aku sudah
cukup bisa mengenali karakter beberapa di antara mereka. Intinya, semua
baik—dan menyenangkan.
Aku tahu aku patut
bersyukur dengan apa yang aku miliki saat ini—dan aku memang mensyukurinya.
Lingkungan yang bersahabat, bisa bekerja di tempat yang supernyaman, lekat
dengan hal-hal yang kusuka—buku-buku, dan menulis cerita. Tentu gak sesempurna
itu, tapi aku mencoba untuk melihat keseluruhannya dalam kacamata yang positif.
Seperti, ketika aku harus lama menunggu busway, dan berdiri di sepanjang
perjalanannya. Pulang dan pergi. Aku memanfaatkan waktu tersebut untuk membaca
buku atau menonton sesuatu dari hp pakai earphone. Kadang-kadang juga berseliweran di media sosial dan balesin
pertanyaan-pertanyaan yang masuk. Aku menghibur diri dengan hiruk-pikuk kota
Jakarta, mobil dan motor yang selalu memadati jalanan, atau segerombol orang
yang berdesakan menanti transportasi umum. Juga gedung-gedung tinggi yang
selalu membuatku terpikir soal efek rumah kaca. Hehe.
Di sisi lain, tentu aku
gak luput dari emosi yang kurang menyenangkan. Seperti...lelah, kangen teman-teman
kuliah (kalau gak magang, pastinya aku bakal curi waktu untuk ke Bandung/Jatinangor
dan main ke kosan temen), kangen rumah, dan sejenisnya. Walaupun sebenernya hari
ini baru genap seminggu magang—bahkan gak bener-bener seminggu juga sih.
Pokoknya, ketika dilanda emosi yang kurang menyenangkan, aku memilih untuk
membiarkannya itu mengalir aja. Galau-galau dulu sejenak, lalu tetap berusaha positive
thinking.
Oke, karena aku rasa udah
mulai ngaco nulisnya, mending diakhiri aja. Aku cuma mau nuangin sesuatu ke
blog ini. Sebenernya, aku lagi ikutan kompetisi nulis novel sebulan, tapi...kehilangan
semagat untuk nerusinnya lagi karena ter-distract dengan hal-hal lain yang lebih
menyita perhatianku. Ya sudahlah.
Untuk saat ini, aku gak
tahu apa yang kuharapkan sih. Atau, seperti apa rencana ke depannya. Aku hanya
mencoba fokus untuk mengerjakan sebaik-baiknya kegiatanku sekarang. Selagi
menanti hari wisuda... Sebelum benar-benar resmi keluar dari Unpad, dan masuk
ke dunia yang sesungguhnya. A-n-j-a-y.
Semoga aku, kamu, kita
semua, selalu sehat dan semangat ngejalanin keseharian kita.