Better Than Reading Sociology Theories
Sejak awal, aku pikir gak akan sulit mengisi blog ini. Setidaknya di waktu
sekarang-sekarang ini. Aku sedang dalam mode supergabut karena banyak
menghabiskan waktu libur di rumah. Artinya, aku punya banyak waktu luang untuk
nulis, kegiatan yang sangat aku sukai. Lagipula, aku juga gak bingung-bingung
amat mau nulis apa. Ada folder khusus di notebook yang isinya
draft tulisan-tulisan yang dulu dengan penuh semangat dimulai, namun ujungnya
terbengkalai. Bisa aku revisi. Namun sekarang aku sedang memikirkan alasan
kenapa tiba-tiba ngeblog.
Jujur, sebelum ini aku udah jarang baca buku, bentuk kegiatan lain yang
sangat aku sukai juga. Ketika lagi senggang di kosan aku lebih memilih tidur,
main hp, dan nonton drama Korea atau Running Man. Aku pernah mikir, ‘hidup
ngekos telah merenggut hobi membacaku…’. That ‘merenggut’.
Kadang-kadang aku gak habis pikir dengan caraku berpikir. Nyalahin keadaan atas
segala kemageran.
Kembali lagi pada alasan ngeblog. Lama berdiam di rumah sebenarnya bukan
masalah. Aku punya banyak buku yang bisa aku baca (ulang). Kalau bosan baca dan
pengen mikir, aku bakal ngisi buku-buku pelajaran SMA yang masih disimpan.
Jangan tanya kenapa—aku gamau ngabisin waktu libur dengan teori-teorinya
Durkheim dan Karl Marx atau milah-milih judul usulan penelitian. Belum masuk
kuliah lagi udah mabok duluan. Jadi, mungkin itu alasan pertama. Killing
time by do your hobbies are the best choice. It’s better than reading sociology
theories. Bagiku, ya.
Namun, beberapa hari yang lalu aku memutuskan beli buku tes CPNS, hanya
supaya bisa mengerjakan sesuatu yang ‘baru’ di rumah—bukan karena benar-benarr
beres kuliah mau lanjut ke situ. Baru ngerjain separuh Bab I: Tes
Intelegensi Umum. Belum lanjut lagi. Males mikir.
Okay, kembali
ke topik.
Walaupun aku sempet berhenti membaca, aku gak pernah berhenti nulis. Apa
aja aku tulis. Kadang binder isinya gak cuma catatan kuliah, tapi juga curhat
(dan gamungkin hanya aku yang begini). Karena kebiasaan corat-coret-apapun ini,
aku selalu punya buku kecil sebagai ‘tempat sampah’-ku. Tapi rasanya selalu
cepat habis. Second account sosial mediaku juga menjadi
semacam ‘instablog’ sebelum ini. Dan gak cuma itu, di main account-ku
juga dibikin close friends list-nya. Hal ini membuatku
bertanya-tanya, teman-teman muak gak ya ngeliat aku muncul di mana-mana.
Wkwk. But itu gak jadi masalah juga sih. Aku nulis karena aku
butuh itu untuk menjabarkan pikiran—like I’m doing now—dan mereka gak
perlu membacanya. We can just ignore it when we don't interested on it. So,
daripada semua tulisan itu tercecer dimana-mana, lebih baik aku tuangkan saja
semuanya ke dalam blog. Itu alasan kedua.
Btw, garis
besar isi personal blog ini ada 3—Celotehan, Coretan Pena,
dan Tentang Buku. Celotehan isinya ya kayak begini; pendapatku
tentang satu dan lain hal. Khusus kategori ini bahasanya agak nyantai,
'semi-baku' kalau kuistilahkan sendiri. Coretan Pena, kurang lebih berisi
karangan yang kubuat. kadang bedanya terasa tipis sampai aku sendiripun juga gak tau deh. Bukan berarti hal yang kutulis itu tidak benar-benar
terjadi juga, baik yang berbentuk penggalan cerita atau ocehan. Tentang Buku..well, aku
punya banyak buku. Sebagian besar di antaranya bernuansa agama. Sejak SD aku
menyenangi buku-buku model begitu, bukan berarti sok religius juga.. kali lain
kuceritakan di celotehan. Intinya, pada kategori ini, isinya kurang lebih
review tentang buku-buku yang pernah kubaca. Tidak selalu buku baru, karena ada
juga buku-buku keluaran lama yang menurutku pantas untuk dibagikan.
Jadi, sejauh ini alasanku ngeblog adalah karena gabut dan bermaksud
menjadikan tulisan-tulisanku terkumpul jadi satu. Alasan ketiga, karena aku suuuka.
I just did because I loved it.
Started from pen and paper, sure it can makes life as sweet as candy. To
me, at least.
Ngetik berjam-jam, nulis apapun di atas kertas; selama itu bukan tugas yang dikejar deadline, kupikir aku
akan sangat antusias. Yah, ketika kita sudah mencintai sesuatu (atau mungkin
seseorang? halah) rasanya gak perlu ada alasan kenapa kita mau repot-repot
mengurusnya.